RD.Leo Mali
Oleh: RD. Leo Mali
Beriman dengan sungguh-sungguh berarti peduli pada kehidupan. Karena itu iman bukan hanya soal kata-kata atau doa-doa yang indah, melainkan pertama-tama adalah keterlibatan dan ketentraman hati yang sungguh-sungguh kepada Allah.
Oleh keterarahan hati yang sungguh-sungguh kepada Allah, kita mengenal Allah sebagai Bapa yang peduli pada kehidupan manusia yang telah memberikan hidup kepada segala sesuatu dalam diri Yesus Kristus. (1Tim. 6: 13).
Pengenalan akan figur Allah yang sedemikian peduli pada manusia, melibatkan kita dalam cara-Nya memandang dan memperlakukan dunia dengan penuh kasih.
Karena Allah peduli dan tidak tinggal diam di hadapan penderitaan manusia maka kitapun tidak boleh diam dan masa bodoh di hadapan penderitaan sesama di sekitar kita.
Beriman berarti menjadi peduli; berani bersikap adil dalam rasa rasa syukur atas semua berkat yang sudah didapatkan dan rela menaruh hati pada penderitaan sesama. Iman menjadikan kita murah hati. Berani peduli.
Injil Lukas 16:19-31 mengisahkan perbedaan tajam antara orang kaya dan Lazarus yang miskin. Orang kaya itu selalu hidup dalam pesta pora, sementara Lazarus tergeletak di depan pintunya dalam keadaan lapar dan penuh luka.
Dosa si kaya bukan karena ia memiliki harta. Tapi dosa si kaya adalah, karena ia tidak peduli. Ia melihat, tetapi menutup mata; ia tahu, tetapi hatinya tertutup. Sehingga ia tidak berbuat apa-apa. Perilaku Si kaya menggambarkan iman yang mati: iman yang tidak melahirkan kepedulian dan kasih pada sesama.
Memilih untuk peduli semestinya membuat hati kita tidak pernah nyaman melihat ketidakadilan yang melahirkan penderitaan. Hati seorang beriman, selalu terusik oleh derita sesama. Rasa terusik itu
terjadi karena ia menyatukan hatinya, dengan hati Allah yang selalu berpihak kepada yang lemah.
Kita tidak bisa mengakui diri sebagai orang beriman, lalu duduk tenang ketika ada sesama seperti Lazarus di jaman modern yang berada di sekitar kita. Lazarus bisa hadir hari ini dalam rupa anak-anak muda pengangguran, para pekerja kecil yang haknya terabaikan, anak-anak terlantar tanpa masa depan, korban perdagangan manusia, para korban kekerasan, korban perang dan pengungsi, ibu-ibu rumah
tangga yang terjerat Pinjol dan koperasi harian yang mencekik, atau orang-orang sakit dan Lansia yang dibiarkan sendirian, dll. Banyak orang seperti ini ada di sekitar kita.
Peduli pada kehidupan dan penderitaan mereka adalah bentuk keterlibatan kita dengan kepedulian Allah sendiri. Bahkan Yesus sendiri mempersonifikasikan diri Nya dengan mereka.
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk aku” (Mat. 25: 40)
Kepedulian yang diajarkan oleh Yesus, diterjemahkan Paulus dalam nasihatnya kepada Timotius untuk mengejar keadilan, mengupayakan kesalehan, iman, kasih, ketekunan, dan kelembutan dalam hidup
agar hidup menjadi seperti sebuah pertandingan iman (1Tim. 6:11-12).
Dalam pertandingan itu setiap orang berjuang untuk melawan kelemahan dalam diri: egoisme, keserakahan, dan rasa tidak peduli.
Dengan cara itu pula Paulus mengajak kita untuk menjadi “manusia Allah”, yakni pribadi yang hidupnya mencerminkan nilai Kerajaan Allah: keadilan, kasih dan damai Sejahtera.
Bagi Paulus, Iman dan keadilan adalah dua sisi dari satu panggilan yang sama. Iman tanpa keadilan hanyalah topeng rohani; sebaliknya perjuangan keadilan tanpa iman mudah membuat orang tersesat pada kekerasan.
Seorang yang mengaku beriman adalah juga seorang yang mengupayakan keadilan dalam hidup bersama.
Tapi tentu saja perjuangan keadilan lahir pertama dari kepedulian yang lahir dari pengalaman dipedulikan oleh Allah.
Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh peduli, yang akan rela memberi hati untuk perjuangan keadilan bagi hidup bersama.
Kitab Amos 6:1-7, dengan tajam mengeritik ketenteraman palsu yang dipraktekan oleh sejumlah elite Masyarakat Israel di jamannya.
Saat kitab amos ditulis (pada masa pemerintahan Raja Yerobeam sekitar tahun 787-747 SM), Israel sedang menikmati kemakmuran dan stabilitas ekonomi dan politik.
Pada
masa itu, sejumlah orang dari kelas elite mempraktekkan gaya hidup hedonis tanpa peduli keadaan masyarakatnya. Amos menggambarkan dengan ungkapan yang Sarkas: orang-orang itu berbaring di
ranjang gading; bersantap dengan domba dan lembu terbaik; bernyanyi dengan kecapi; minum anggur dari piala besar seperti bokor; berlumur minyak harum.
Hedonism jaman itu berlebihan. Mereka asyik dengan kesenangan dan kenikmatan pribadi. Tapi, dalam ungkapan Amos mereka tidak berduka “karena hancurnya keturunan Yusuf!” (Amos. 6:6). Hedonisme di kalangan elite dalam masyarakat Israel kala itu benar-benar membuat mereka tidak peduli akan ketidakadilan, kemerosotan moral serta penderitaan
yang sedang dialami oleh rakyat biasa. Keruntuhan moral ini telah mengakibatkan kehancuran Israel dan pembuangan Israel diawali dengan invasi raja Asyur ke Samaria sebagai ibu kota Kerajaan Israel Utara (722 SM.).
Bagi Amos, hedonism dalam praktek hidup kaum elite Israel adalah penghinaan terhadap Allah Yahwe sendiri.
Akhirnya refleksi kita menyentuh Iman dan kepedulian pada hidup sebagai benang merah yang menghubungkan nubuat Amos 6:1a. 4-7; 1Timotius, 6:11-16 dan Injil Lukas 16: 19-31.
Iman sejati semestinya membuat kita peduli dan merasa terusik untuk bergerak keluar dari kenyamanan dan berjuang untuk menghadirkan wajah Allah yang adil dan penuh kasih dalam hidup bersama.
Dengan cara ini kita menjadi serupa dengan Allah dan bersamaNya berjuang untuk merebut hidup yang kekal. Sebab untuk itulah kita dipanggil. Amin. ***
ENDE, DELEGASI.NET — Pemerintah Kabupaten Ende membentuk tim verifikasi dan validasi Masyarakat Hukum Adat (MHA)…
KUPANG,DELEGASI.NET - Polemik merebak setelah Gubernur NTT menerbitkan Pergub No. 33 Tahun 2025 tentang kenaikan…
MAUMERE,DELEGASI.NET - Ketua PSSI Sikka Yosef Nong Soni menyerukan Maumere akan mengajukan diri sebagai tuan…
KUPANG,DELEGASI.NET - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Kementerian Pertanian, Hermanto menegaskan bahwa…
KUPANG, DELEGASI.NET – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI meluncurkan Program Senator Peduli Ketahanan Pangan di…
KUPANG,DELEGASI.NET - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena menghadiri upacara pelepasan Satuan…