Renungan Minggu Pra-Paskah V
Oleh: RD. Leo Mali
MEMASUKI Minggu Pra-Paskah yang kelima ini, kita dibimbing oleh Sabda Allah untuk merenungkan sebuah kebenaran yang dalam: bahwa hidup dalam pertobatan bukanlah sekadar meninggalkan dosa, tetapi berjalan menuju pembaruan yang dianugerahkan oleh Allah sendiri.
Hari ini, ziarah rohani kita di seluruh wilayah KAK juga bersatu dengan kenangan akan almarhum Mgr. Petrus Turang—seorang gembala yang telah menyelesaikan perlombaannya dengan setia dan meninggalkan jejak iman yang tak mudah dilupakan. Mgr. Turang dikenal sebagai pemimpin yang tegas, bahkan kerap disebut keras.
BACA JUGA:
Petransiit Benefaciendo Ad Vitam Aeternam
Ribuan Umat Jemput Jenazah Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang
Namun, dalam dirinya terpatri sebuah kebesaran hati yang tak banyak terlihat di permukaan—hati yang luas untuk mengampuni, dan jiwa yang tidak menyimpan dendam. Ia adalah pribadi yang memilih untuk tidak menoleh ke belakang, yang tidak tinggal dalam bayang-bayang luka masa lalu.
Sebab, ia percaya sepenuh hati akan kuasa Roh Kudus yang sanggup membarui, menyembuhkan, dan membangkitkan hidup yang baru. Dalam bacaan dari Nabi Yesaya hari ini, Tuhan bersabda: “Janganlah ingat ingat hal-hal yang dahulu… Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru!”(Yes. 43 :18-19).
Sabda ini seolah menjadi roh kehidupan sang gembala. Mgr. Turang hidup dalam semangat harapan—harapan bahwa selalu ada ruang untuk perubahan, bahwa setiap pribadi mampu bertumbuh, dan bahwa masa depan yang baru jauh lebih penting daripada beban masa lalu.
Ia tidak menyimpan dendam, bukan karena ia tak pernah disakiti, tetapi karena ia tahu: pengampunan adalah jalan menuju kemerdekaansejati.

Semangat ini pula yang terpantul dalam Injil Yohanes hari ini. Kita diajakmenyaksikan sebuah peristiwa yang menggugah: seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat dosa dihadapkan kepada Yesus. Para ahli Taurat dan orang Farisi datang bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk menghakimi.
NamunYesus—Sumber Belas Kasih—membungkam batu-batu yang hendak dilemparkan dengan satu kalimat sederhana namun penuh kuasa:
“Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu.” (Yoh. 8:7) Dan akhirnya, hanya tinggal Yesus dan perempuan itu.
Ia tak dihakimi. Ia diampuni. Ia diutus untuk hidup yang baru. Begitu pula cara Mgr. Turang memimpin umatnya.
Ia keras terhadap dosa, namun lembut kepada manusia. Ia tidak melulu mencari kesalahan, tetapi mencari kemungkinan bagi pertobatan. Ia berani mengatakan kebenaran, tetapi juga berani membuka ruang untuk rekonsiliasi.
Ia percaya: Allah tidak pernah lelah membentuk ulang hati manusia—sekeras apa pun itu. Dan dalam semangat Rasul Paulus yang hari ini berseru dalam suratnya kepada umat Filipi, “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,” (Flp. 3:13) Mgr. Turang hidup bagaikan seorang pelari rohani.
Ia tidak membiarkan dirinya terhenti oleh luka atau kekecewaan, melainkan terus melangkah, terus berlari, karena ia tahu bahwa tujuan akhirnya adalah Kristus sendiri. Di sanalah pengharapannya berlabuh.
Dan dari sanalah kekuatannya untuk mengampuni mengalir. Masa Pra-Paskah ini mengundang kita semua untuk meneladani semangat sang gembala. Kita semua pernah disakiti, dan juga pernah menyakiti.
Tetapi kita punsemua dipanggil untuk mengalami dan membagikan pengampunan. Sebab hanyadalam pengampunan, jiwa manusia dimerdekakan.
Hanya dengan melepaskan beban masa lalu, kita dapat sungguh-sungguh berjalan menuju Paskah—menuju hidup yangbaru. Mgr. Petrus Turang telah menyelesaikan ziarahnya di dunia ini. Namun warisan imannya tidak berakhir di liang kubur.
Ia tetap hidup dalam setiap langkah kita yang berani mengampuni, dalam setiap hati yang berani berharap, dan dalam setiap jiwa yang memilih untuk terus melangkah maju—meski pernah jatuh, meski pernah dilukai.
Semoga renungan ini menjadi lentera bagi jiwa kita dalam perjalanan menuju Paskah. Semoga Roh Kudus, yang membaharui segala sesuatu, juga membaharui hati kita—agar kita pun mampu berkata seperti sang rasul dan sang gembala:
“Aku berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Flp. 3: 14). Mgr. Petrus Turang, gembala setia yang tidak menyimpan dendam, istirahatlah dalam damai Tuhan.
Kami akan melanjutkan ziarah ini dengan harapan, seperti yang engkau wariskan kepada kami, Amin ***